Jumat, 29 Oktober 2010

Pesona Lampuuk

WISATA Pantai Lampuuk

keren
travellingholidays.com
Pantai Lampuuk adalah salah satu pantai yang paling mengesankan untukku. Ia memanjang dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, pantai ini dipenuhi oleh penjaja ikan segar yang dilengkapi dengan tempat-tempat makan. Mereka akan menawarkan diri untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersama dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami lima tahun silam.
Minggu kemarin aku memutuskan untuk menghabiskan akhir pekanku dengan menunjungi pantai yang berada di Desa Meunasah Masjid, Lhok Nga – Aceh Besar. Letaknya hanya sekitar sekitar 15 KM dari Kota Banda Aceh (dengan jalur Banda Aceh – Calang). Sehingga untuk mencapainya aku memerlukan waktu 30 menit dengan menggunakan motor.
Aku benar-benar menikmati saat itu. Hamparan pasir putih dan jilatan ombak bagaikan magnet raksasa yang menahanku untuk tak bergeming. Cahaya matahari memantulkan fatamorgana yang menakjubkan. Sepoinya angin menyembuhkan dahaga yang mengerang.Beberapa pengunjung terlihat berlari-lari di tepian pantai, ada juga yang menceburkan diri bersama ombak, berselancar menghantam ombak , atau hanya sekedar menatap laut yang tak berpenghujung. Berekreasi ke pantai ini adalah pilihan yang tepat untuk menghabiskan masa-masa akhir pekan. Letih yang menyergap seakan hilang ketika kaki mulai menginjak putihnya pasir.
Pantai Lampuuk ini terbilang sangat ramai di hari-hari libur, mulai dari siang hingga senja datang. Sehingga jika ingin menikmati ketenangannya, pastikan memilih hari kerja biasa. Namun, meski ramai, pantainya yang luas memanjang tetap bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menikmati suasana sunset di sini.
Dibandingkan dengan pantai – pantai lain di Banda Aceh, Pantai Lampuuk merupakan pantai yang paling lengkap sarana dan prasarananya. WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.
Selain itu, pengelola pantai juga menyediakan banana boat. Ingin sekali rasanya memacu adrenalinku dengan menaiki boat yang bentuknya seperti pisang itu. Tapi, ketika melihat orang-orang yang diceburkan ke dalam air setelah beberapa saat diajak berputar-putar, keinginanku pun luluh. Aku takut kedalaman.
Bagian Pantai Lampuuk paling ujung juga meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatasan langsung dengan dinding terjal dan tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.
Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lampuuk adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis.

Senin, 25 Oktober 2010

Mount Leuser National Park

Covering both resilient Nangroe Aceh Darussalam and antique North Sumatra Province, most parts of the national park rest in the lush South East Aceh region, blessed with tropical fruits like mango, rambutan, durian, avocado, orange, papaya, and guava. The other parts are situated in the east Aceh, south Aceh, and Langkat of North Sumatra, known to produce world-class coffee and tobacco. Most visitors normally start their adventures in the national park through Bukit Lawang, North Sumatra, where you can always find the gentle giants of the jungle, the orangutans. Discover the gentleness of these sociable primates as your discovery of Sumatra begins right here.
Mount Leuser National Park, named after its highest peak, Mount Leuser (3,381 m), is one of the largest and the most diverse national parks in Indonesia, covering an area of 7,927 square kilometer in the northern tip of Sumatera, Indonesia. Embracing various ecosystems, the national park is in fact a cluster of various nature reserves and forests: Gunung Leuser Nature Reserve, Kappi Nature Reserve, Kluet Nature Reserve, Sikundur-Langkat Wildlife Reserve, Ketambe Research Station, Singkil Barat, and Dolok Sembilin.
The park is so extensive, it covers mangroves, beach and swamp forest, lowland rainforest, moss forest, and up to subalpine forest. When traversing its extraordinary landscape, enthusiastic adventurer like you will not be disappointed.
The Mount Leuser National Park, which is Taman Nasional Gunung Leuser in Bahasa, encompasses more than 100 kilometers of the Bukit Barisan Mountains, known for its steep, almost inaccessible mountainous terrains. The altitude ranges from beach area in Kluet (South Aceh), to 3,381 meter on top of the Gunung Leuser (Southeast Aceh). The breathtaking Alas River cuts the park into an eastern and western half, where your tropical thirst for adrenaline will be captivatingly fulfilled.
Around 130 species are identified in this park only. The mysterious Sumatran tigers, elephants, rhinos, Siamang monkeys, macaques, clouded leopards, reptiles, fish, and around 325 species of birds are among the endemic wildlife known to inhibit the park. Surely the trek to the inner park is more than just a great adventure to the last zoo you visited. Come and take in the experience living in a small friendly village, Ketambe, where the locals are naturally knowledgeable and ecologically hospitable.

Kamis, 21 Oktober 2010

Pulau Weh, Sabang


Negeri dengan predikat Serambi Mekkah ini punya sederet lokasi wisata yang bisa dibanggakan. pantai-pantai indah dan wisata religi menjadi domain utama wisata Aceh. Belum lagi Pulau Weh yang belum banyak di eksplorasi orang.
Ekses konflik lokal yang pernah membelit Aceh telah berangsur sirna. Terpaan tsunami tahun 2004 pun telah lama usai. Kini bepergian ke Aceh, sama amannya dengan daerah lainnya di Indonesia. Wisatawan bisa mulai menyisipkan agenda wisatanya ke Aceh yang belum banyak diketahui orang.
Beranjak ke ibukota Banda Aceh, ada masjid kebanggaan masyarakat Aceh, Masjid raya Baiturrahman. Pada saat tsunami menerpa, masjid ini setempat terendah hingga 3 meter, namun tidak ada kerusakan yang berarti. Pantai Kota Banda Aceh juga menyajikan daya tarik tersendiri.
Masuk ke tengah Aceh, ada Danau Laut Tawar. tak jauh dari situ ada juga Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi tempat bermukim gajah dan harimau sumatera yang kian langka. Ada juga Benteng Indrapatra yang dibangun oleh kerajaan Lamuri, di abad ke -7, sebelum era kerajaan Islam di Aceh datang.
Satu lagi lokasi yang cukup menjanjikan adalah Pulau Weh. Pulau yang terletak di penghujung Sumatera ini memiliki pemandangan pantai yang indah dan koral-koral tepi pantai yang jernih. Bayangkan jika Anda berdiri di titik terluar Indonesia? menarik bukan?

Minggu, 17 Oktober 2010

Singkil Atjeh

Pulau Banyak Andalan Aceh Singkil




Pulau Banyak, salah satu daerah tujuan wisata di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sudah dikenal dunia dengan 99 pulau besar dan kecil. Pantai pasir putih dan nyiur melambai menghiasi gugusan pulau-pulau ini, tak kalah menarik dengan pantai-pantai yang ada di Bali. Senja dengan matahari terbenam sangat indah dipandang.

1. Surfing
Ombak di Pulau Banyak sangat cocok bagi olahraga surfing. tempat surfing terutama di kawasan Pulau Bengkaru, Ujung Lolok, dan Amandangan. Kawasan ini sering dikunjungi oleh peselancar mancanegara. Ketinggian ombak mencapai enam meter lebih, terutama di kawasan Ujung Lolok. Pascagempa akhir Maret 2005 lalu, ombak di kawasan ini semakin tinggi. Musim ombak untuk berselancar di Kepulauan Banyak relatif panjang sehingga hampir setiap waktu dapat dikunjungi oleh peselancar.,Pulau Banyak juga merupakan surga bagi pencinta diving dengan aneka ragam terumbu karang. Yakni, di kawasan Pulau Pulambak Besar dan Pulambak Kecil, Pulau Tabala, Tailana, Rago-ragoo dan Sikandang.


2. Kayaking
Laut yg tenang dan diapit pulau-pulau kecil merupakan rute kayaking yang menakjubkan. Pulau Tabala, Pulau Pandan, Pulau Tabalou, Pulau Rago-rago dan beberapa pulau lain disekitarnya merupakan rute kayaking yang sering dinikmati oleh turis mancanegara. jarak antar pulau saling berdekatan antara 0,5 mil sampai dengan 2 mil.


3. Diving
bagi yang hobby berenang dan menyelam dapat meninkmati keindahan panorama bawah laut. Terumbu karang tempat berbagai jenis biota laut banyak ditemukan dikawasan ini. Rata-rata terumu karangnya masih terjaga dengan baik.

4. Tracking
Sementara untuk tracking di Pulau Tuangku yang memiliki flora dan fauna yang khas. Traking juga perlu dikembangkan di Pulau Bengkaru, Di pulau ini masih ditemukan penyu hijau yang dilindungi. Setiap malam puluhan ekor penyu hijau bertelur di kawasan pantai Pulau Bengkaru.

5.Agrowisata Perikanan
Kawasan Pulau Banyak juga cocok dikembangkan agro wisata bidang perikanan seperti budi daya ikan kerapu, lobster, rumput laut dan kerang mutiara. Prof Dr. Syamsul Rizal, pakar kelautan dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang pernah berkunjung ke Pulau Banyak menyebutkan, kawasan Pulau Banyak sangat berpotensi untuk budi daya rumput laut, ikan kerapu dan kerang mutiara. Pembudidayaan jenis ini dapat dijadikan sebagai obyek wisata bidang agrowisata perikanan.


6. Perlu Pembenahan
Tingkat kunjungan turis pasca konfilik terus meningkat setiap bulannya mengunjungi Pulau Banyak, belum lagi turis yang datang melalui Sibolga dan Nias yang tidak terpantau jumlahnya.
Namun jumlah kunjungan turis ini terasa masih kecil dibandingkan dengan potensi besar wisata Pulau Banyak, sehingga perlu segera dilakukan pembenahan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Terutama dengan investor yang berminat dalam pengembangan wisata bahari dan ekowisata yang menjadi andalan utama pariwisata Aceh Singkil.

Kerjasama telah berjalan dengan Yayasan Pulau Banyak dalam bidang pelestarian dan penangkaran penyu hijau di Pulau Bengkaru dan pembangunan kawasan wisata. Penyuluhan masyarakat tentang ekowisata, pemberdayaan masyarakat dan promosi mendatangkan turis mancanegara ke Aceh Singkil.

Kemudian kerjasama dengan ecotourism investor dalam pengembangan Pulau Banyak sebagai daerah tujuan wisata internasional. “Pihak pemda sendiri akan berupaya mencari dan melakukan kerjasama dengan berbagai investor sehingga wisata Pulau Banyak dan kawasan wisata lainnya di Aceh Singkil semakin maju,”

Berbagai souvenir akan dijual masyarakat di kawasan wisata Aceh Singkil dengan kerjasama lintas intansi terkait, terutama Dinas Perindustrian untuk melatih masyarakat tentang pembuatan souvenir. Dinas PU membangun infrastruktur, Bapedalda bidang penghijauan dan instansi terkait lainnya. Pelaksanaan program terkait dengan kesejahteraan masyarakat yang akan diberdayakan dan dilatih sebagai daerah tujuan wisata.

Pembangunan posko petugas pemantau dan retribusi wisatawan dari kapal turis yang masuk ke Pulau Banyak di kawasan Ujung Lolok sangat diperlukan. Pembangunan pos tersebut untuk mengutip retribusi guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang selama ini kurang terpantau dari kunjungan turis mancanegara yang masuk melalui Sibolga dan Nias. Ratusan juta diperkirakan akan dapat diraup dari wisatawan mancanegara apabila pos penjaga di Ujung Lolok dioperasikan dengan qanun (peraturan daerah-perda) yang dibuat untuk itu.

Penertiban juga dilakukan dengan mengarahkan wisatawan harus masuk melalui Aceh Singkil. Dan secara bertahap pula melengkapi kebutuhan turis di kawasan Pulau Banyak. Diupayakan promosi menuju wisata Aceh Singkil melalui jalan darat dan Bandara Syekh Hamzah Fansyuri.

Pihak Dinas Pariwisata Aceh Singkil telah membangun fasilitas wisata di Pulau Palambak berupa home stay 10 unit, restauran, mushalla, dermaga masing-masing satu unit dan rumah dinas penjaga dua unit. Di Pulau Tailana telah dibangun home stay empat unit dan satu restauran. Diharapkan ke depan Pulau Banyak merupakan Andalan Kabupaten Aceh Sinkil...,semoga!

Sabtu, 16 Oktober 2010

Aceh menyediakan banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi, namun kejadian Tsunami yang melanda daerah tersebut akhir tahun lalu membuat tempat wisata Aceh yang kebanyakan wisata pantai ikut hancur, berikut daftar beberapa tempat wisata di Aceh:
1. Mesjid Raya Baiturahman
baiturahman.jpg

Gambar Masjid Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875
Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968)
2. Pantai Lampuuk
lampuuk_after_tsunami.jpg
Gambar Pantai Lampuuk setelah tsunami.
Pantai Lampuuk terletak di pantai barat Aceh. Dari Banda Aceh kurang lebih 17 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu kurang dari 30 menit. Namun sayangnya pantai yang cukup terkenal dan menjadi tempat wisata favorit penduduk Aceh tersebut musnah tersapu Tsunami.
Pantai ini cukup indah dan dapat digunakan sebagai tempat berenang, berjemur di pasir putih, memancing, berlayar, menyelam dan kegiatan rekreasi lainnya.
Disore hari pantai ini terasa lebih indah, dimana kita dapat menyaksikan matahari terbenam yang penuh pesona.
Disekitar pantai Lampuuk juga berdiri megah sebuah pabrik semen Andalas, namun saat itu pabrik tersebut hanya tinggal kenangan setelah mengalami kerusakan parah akibat gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 yang lalu.
Dikawasan Pantai Lampuuk, anda dapat bermain golf dengan latar belakang panorama laut di Padang Golf Seulawah. Sayangnya semua keindahannya kini tinggal kenangan dan tinggal menungguk pemerintah memperbaiki wisata yang cukup digemari turis asing tersebut.
3. Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh
taman-wisata-alam-laut-pulau-weh-sabang.jpg
Gambar Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh Sabang
Taman Wisata Alam (TWA) Laut Pulau Weh ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 928/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember 1982 seluas 2.600 Ha.
Secara geografis TWA Laut Pulau Weh terletak pada 0552’ Lintang Utara dan 9552’ Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi pemerintahan termasuk Kecamatan Sukakarya, Kotamadya Sabang, Propinsi D.I. Aceh dan dari segi pengelolaan hutannya termasuk Resort Konservasi Sumber Daya Alam Iboih dan masuk pada Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Propinsi NAD.
Di TWA Laut Pulau Weh, Sabang terdapat terumbu karang, baik karang yang keras maupun karang yang lunak dengan berbagai jenis, bentuk dan warna, yang kesemuanya membentuk gugusan karang yang menarik untuk dinikmati, antara lain karang dengan nama daerahnya karang lupas, karang rusa, karang kerupuk.
Selain terumbu karang, TWA Laut Pulau Weh, Sabang dapat ditemui jenis-jenis ikan karang seperti Angel fish, Tropet fish, Dunsel fish, Sergeon fish, Grope fish, Parrot fish dan lain-lain. Ikan-ikan ini berada di sekitar TWA Laut Pulau Weh dan sebagian merupakan endemik di daerah ini. Selain itu juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan ekonomis seperti Tuna, Kakap, Kerapu, Bayan, Pisang-pisangan dan lain-lain.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di TWA Laut Pulau Weh adalah kegiatan wisata tirta seperti berselancar, naik sampan, berenang, memancing, serta menyelam untuk menikmati alam bawah air dengan keanekaragaman terumbu karang serta ikan-ikan karangnya yang indah.
Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata antara lain : pondok-pondok penginapan di sekitar Iboih yang dibangun oleh masyarakat, shelter, MCK, masjid, kios cendera mata dan hotel yang terdapat di Gapang. Selain itu terdapat berbagai fasilitas yang berada di Pulau Rubiah yang dibangun oleh Dinas Pariwisata Dati I D.I. Aceh antara lain : pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK, rumah jaga, menara pengintai, jalan setapak, taman dan instalasi listrik.

krueng_raya1.jpg

Gambar Krueng Raya

Krueng Raya berjarak 35 Km dari Banda Aceh merupakan sebuah nama wilayah. Di daerah tersebut terdapat pelabuhan yang bernama “Pelabuhan Malahayati” yang sering dipergunakan masyarakat Banda Aceh untuk menyebrang ke pulau Weh (Sabang). Pelabuhan tersebut akhirnya dinon aktifkan setelah pelabuhan Ulee Lhe yang lebih megah dibangun (namun sama saja hancur karena Tsunami). Krueng Raya yang termasuk daerah dengan kerusakan terparah akibat Tsunami dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dari Banda Aceh.

Di daerah ini juga sangat terkenal dengan pantainya yang bernama Ujong Batee, disana selain pantainya yang indah juga terdapat sebuah restoran yang cukup megah yang menyajikan makanan khas Aceh yang terkenal yaitu Kepiting Besar, Udang Windu, Tiram, Telur Penyu, dan berbagai hasil laut dan pertanian lainnya. Pantai Ujong Batee sendiri terletak sekitar 17 km arah timur Banda Aceh. Pantainya yang ditumbuhi pohon cemara yang lebat merupakan pelindung para pengunjung bila hari panas sehingga cukup nyaman untuk bersantai. Ujong Batee dalam bahasa Aceh berarti Ujung Batu, mungkin nama ini diberikan karena dari pantai inilah kita dapat langsung melihat pulau seberang Sabang

Selain Ujong Batee, di Krueng Raya juga terdapat daerah wisata bernama Lamreh, daerah ini merupakan daerah bukit yang dulunya tandus, namun kini telah ditanami berbagai pohon. Dari sini kita dapat menyaksikan panorama laut yang indah seperti terlihat pada gambar dihalaman ini.

rumoh3-aceh.jpg
Gambar Rumah Aceh
Kota Banda Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam sebuah Kompleks. Bangunan induk Museum berupa sebuah rumah tradisional Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang, yang kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart (Belanda) yang kemudian dijadikan Museum. Rumoh Aceh adalah sebuah rumah panggung yang berpintu sempit namun didalamnya seluruh ruangan tersebut tidak bersekat.
Sekarang ini lingkungan Museum ini telah bertambah dengan bangunan baru yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan Balai Pertemuan yang berbentuk kerucut yang bentuknya diambil dari cara orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang dinamakan “Bukulah”. Bukulah ini antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu seperti Kenduri Blang, Kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan lain sebagainya.
Ruang pamer Museum yang baru, memiliki bangunan 3 lantai, dipenuhi oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata dengan baik. Salah satu koleksi Museum ini adalah Lonceng Besar yang diberi nama “CakraDonya”. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. Beranda depan Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran kayu dengan motif Aceh. Banyak hal yang menarik dimuseum yang bersebelahan dengan pendopo Gubernur Aceh itu sehingga banyak murid sekolah yang berkunjung setiap harinya.
Dikompleks ini sekaligus dijumpai makam sultan-sultan Aceh dimasa lalu. Makam para Sultan pada umumnya dinuat dari Batu Gunung dan dihiasi dengan Kaligraphi Arab yang indah mempesona, salah satunya adalah Makam Sultan Iskandar Muda.
6. Gunongan
gunong.jpg
Gambar Gunong
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.
7. Alam Aceh
Banda Aceh memiliki pemandangan laut yang luar biasa bagusnya, pemandangan laut tersebut juga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan asing, kota ini memang merupakan kota pesisir pantai barat Sumatera, maka tak heran kota ini termasuk parah akibat terjangan Tsunami.
Pemandangan laut Aceh tidaklah kalah dengan Bali ataupun Lombok. Selain laut, pemandangan udara Banda Aceh juga sangat indah ini dimungkinkan mengingat kurangnya polusi di daerah tersebut. Kendaraan di Aceh juga tidak sebanyak di daerah lain. berikut beberapa gambar pemandangan laut dan udara Banda Aceh:
aceh-laut1.jpgaceh-laut2.jpglangit-aceh1.jpg

welcome TO ATJEH