Kamis, 05 Juli 2012

7 World's Greatest Female Sailors

The Ladies Style | 7 World's Greatest Female Sailors | A sailor, mariner, or seaman is a person who navigates water-borne vessels or assists in their operation, maintenance, or service. Here is a list of top woman sailors who changed the history forever. 

1. Grace O’ Malley
NI Mháille is an Important figure in Irish folklore, and a historical figure in 16th century Irish history, and is Sometimes known as "The Sea Queen Of Connaught".  Grainne Ni Mháille (c. 1530 - c. 1603), Grainne O'Malley or Grace O'Malley, was Queen of Umaill, chieftain of the clan Ó Maille and a pirate in 16th century Ireland.

Gráinne Ní Mháille

Nickname          : Gráinne Mhaol, Granuaile
Type                  : Pirate
Place of birth      : Connaught, Ireland
Place of death    : most likely Rockfleet Castle
Allegiance          : Ó Máille[disambiguation needed ] Clan
Battles/wars       : Nine Years War (Ireland)


2. Skipper Thuridur
Skipper Thuridur regarded as a sailor capable of sailing in all sea conditions. His expertise made ​​him one of the captains called the most proficient anglers in the area. Sailing career began at a young age is 11 years old when he first joined his father’s fishing crew and will never leave. That’s when she finds true love in her life and opened the way for more women sailors again for the foreseeable future.


3. Krystyna Chojnowska-Liskiewicz
Krystyna Chojnowska-Liskiewicz,  born 15 July 1936 in Poland was the first woman to sail single-handed around the world, repeating the accomplishment of Joshua Slocum. She sailed from the Canary Islands on 28 February 1976, and returned there on 21 April 1978, completing a circumnavigation of 31,166 nautical miles (57,719 km) in 401 days.

Krystyna Chojnowska-Liskiewicz
Born             : 15 July 1936
Warsaw        : Nationality Poland
Occupation   : Hero
Known for    : Sailing around the globe single handed


4. Naomi James
Naomi James sailed around the world aboard the 53-foot (16 m) yacht Express Crusader In 1983 while sailing in the same boat the which won the race, her husband fell Overboard and Drowned off Salcombe, Devon. Dame Naomi Christine James DBE Ph.D., born 2 March 1949, née Power was the first woman to sail single-handed around the world via Cape Horn. Chay Blyth Lent her boat the Spirit of Cutty Sark (later renamed Express Crusader), other people raised money for supplies, and the Daily Express sponsorship money raised.


5. Kay Cottee
Kay Cottee became the first woman to sail solo, unassisted and nonstop round the world in June 1988. Leaving on 29 November 1987 from Watsons Bay and returning 189 days later on 5 June, she cruised into Sydney Harbour to be met by tens of thousands of well wishers. Kay Cottee, AO (born 1954, Sydney, Australia) was the first female sailor to perform a single-handed, non-stop circumnavigation of the world. She performed this feat in 1988 in her 37 feet (11 m) yacht Blackmore's First Lady, taking 189 days.


6. Laura Dekker

Laura Dekker is a Dutch sailor. Laura Dekker born 20 September 1995,  In 2009  she announced her plan to become the youngest person to circumnavigate the globe single-handed. Dekker successfully completed the solo circumnavigation in an 11.5-metre (38 ft) two-masted ketch, arriving in Simpson Bay, Sint Maarten, on 21 January 2012.

Laura Dekker

Born             : 20 September 1995 (age 16) Whangarei, New Zealand
Nationality    : Dutch, German, New Zealand
Occupation   : Sailor
Known for    : The youngest person to sail solo around the world, with stops
Parents         : Dick Dekker and Babs Müller



7. Admiral Malahayati

Although a woman, Aceh soldiers and the other generals had always respected Malahayati. Malahayati was a Daughter of Admiral Mahmud Shah of Aceh Sultanate, After graduating from an islamic school Islamic School, She Continued her study at the Royal Military Academy Aceh known as Baitul Maqdis Ma'had.In 1599, Dutch expedition commander, Cornelis de Houtman arrived at the port of Aceh. In 1600, the Dutch Navy led by Paul van Caerden, robbed and sunk Aceh Merchant ship full of spices at Aceh coast. After this incident, In June 1601, Malahayati captured Dutch Admiral Jacob van Neck while he sailed through Aceh coast. In August 1601, Malahayati met Maurits's emissaries for a treaty agreement.

RUSIA MENUJU AGAMA ILAH



ketika kita mendengar rusia tentu terbayang tentu terbayang pada kita tentang sebuah negara yang dulunya besar atau kita langsung terbayang dengan uni soviet. Ya Rusia merupakan salah satu Negara pecahan dari uni soviet. Namun pernahkan saudar tahu tentang suatu hal yang lebih penting yaitu pekembangan agama islam di sana. Para pakar yang berkonsentrasi pada wilayah Asia tengah, memprediksikan Rusia akan berubah menjadi negara Islam di sekitar tahun 2050 nanti. Mereka berharap negara seperti Mesir terus merangkul negara-negara persemakmuran Rusia yang berpenduduk muslim yang mencintai serta menjaga nilai-nilai Islam dan budaya Arab. Dari negara mereka telah lahir para ulama ternama di berbagai bidang ilmu keislaman, seperti Imam Bukhari dan Tirmizi, serta ulama lainnya yang banyak memberikan pengaruh dan kontribusi kepada dunia Islam.


Muhammad Salamah, spesialis Asia Tengah dan negara persemakmuran Rusia dalam seminar di Markas Kebudayaan Abdul Mun’im Al Showi di Kairo dengan tema, “Negeri Imam Bukhari dan Kekayaan yang Terpendam di dalamnya” mengatakan, puluhan pengkaji akademisi di Rusia telah menyimpulkan, berdasarkan perkembangan yang terlihat dari negara-negara muslim pecahan Uni Soviet ini, maka pada tahun 2050 nanti negara Rusia diprediksikan akan menjadi bagian dari negara Islam
Perkembangan itu secara signifikan terjadi di Rusia, dari segi populasi misalnya, jumlah muslim di Rusia kini mencapai 25 juta jiwa, yaitu 20% dari jumlah total penduduk. Para cendikiawan gereja Ortodox yang berada di negeri itu pun dikabarkan merasa khawatir, melihat perkembangan Islam yang begitu pesat, mereka bahkan menyebut Islam sebagai agama yang mengancam esksistensi agama mereka di sana.
Salamah kemudian menambahkan, sejak 20 tahun lalu dirinya terus mengamati perkembangan Islam di Rusia, semenjak muslim di sana berada di bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti dilarangnya membawa mushaf Al Qur’an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang, muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi agama kedua di negeri itu.
Salamah kemudian bercerita tentang upayanya menyebarkan Islam, ia mendirikan sebuah Universitas Islam di Moskow, dan mengajarkan tentang apa itu agama Islam, termasuk kepada para politisi senior negeri itu, diantaranya adalah Pladimar Putin, Perdana Menteri Rusia sekarang.
Dubes Mesir untuk Tajikistan; sebuah negara muslim pecahan Uni Soviet kemudian menceritakan akan semangatnya nilai keislaman di sana, diantaranya dengan diadakannya perayaan hari kelahiran Imam Abu Hanifah pada tahun 2009 lalu, pemerintah setempat kemudian mengundang para ulama dari berbagai negara anggota OKI yang dipimpin langsung oleh Syeikh Al Azhar, mereka kemudian dijamu langsung oleh Presiden Tajik, Ali Rakhmonov.(eramuslim.com)
RUSIA, Dagestan Negeri Islam
Menurut The Caspian Sea Encyclopedia (Igor S. Zonn), nama Dagestan berasal dari bahasa Turki. Dag berarti "gunung" dan stan adalah imbuhan Persia yang berarti "daratan." Maka Dagestan memiliki arti "daratan (tempat) gunung-gunung. Dagestan adalah sebuah kawasan yang memiliki keragaman etnis yang kaya, dengan puluhan kelompok etnis dan subetnis hidup di dalamnya. Amri Shikhsaidov dalam situs www.ca-c.org mengutip pandangan umum yang menyebut negara tersebut dihuni oleh lebih dari 30 kebangsaan.sebanyak 90,6 persen populasi Dagestan adalah Muslim, sementara Kristen dipeluk oleh 9,4 persen sisanya. Data lainnya menyebutkan, terdapat sejumlah kecil pemeluk agama Yahudi di negara tersebut. (Data Wikipedia)

              Menurut Amri Shikhsaidov (profesor dan ketua Departemen Naskah Oriental pada Institut Sejarah, Arkeologi, and Etnografi, Dagestani Scientific Center) menuliskan, Islam telah menjadi satu dari sejumlah faktor penting dan berpengaruh bagi kehidupan sosial politik di Dagestan. Ia bahkan menekankan dalam tulisannya, Islam in Dagestan, berbagai situasi di negara itu tidak lagi dapat dipahami di luar konteks agama. Ilmuwan politik menggambarkan Dagestan sebagai republik yang paling terislamkan di antara negara-negara federasi Rusia. Dan Shikhsaidov mengatakan pernyataan itu tidak berlebihan.
Proses islamisasi di kawasan Dagestan dimulai sejak sekitar 1.000 tahun yang lalu, di sebuah wilayah kecil di Kaukasus timur laut. Pada abad ke-16, Islam menyandang status sebagai agama resmi di seluruh wilayah Dagestan, termasuk bagi berbagai aliansi masyararakat pedesaan di negara tersebut. Hal itu dimungkinkan oleh kegigihan pasukan asing dari Arab, Turki (terutama Turki Seljuk), Mongol, Persia, dan lainnya dalam memberlakukan kebijakan islamisasi. Hasilnya adalah berdirinya sekolah-sekolah Syafi'i dan Sunni di Dagestan.


           Shikhsaidov menambahkan, fakta penting lainnya yang harus diakui adalah bahwa Sufisme telah menjadi sebentuk keseharian di negara tersebut. Dalam sejarah bangsa Dagestan, Islam menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka. Hal itu paling jelas terlihat pada abad 19, yakni dalam perjuangan pembebasan yang dipimpin Shamil (ulama-mujahid yang hidup antara 1797 hingga Maret 1871), serta pemberontakan pada 1877.( REPUBLIKA.CO.ID)
Sejarah Dagestan mencatat awal tahun 1980-an hingga abad 20 sebagai era kejayaan atheisme. Pada masa itulah nilai-nilai dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan agama ditolak. Penolakan itu berakibat runtuhnya kebudayaan berbasis agama di Dagestan, serta tercabutnya akar agama itu sendiri.Kala itu, penguasa Rusia meninggalkan praktik-praktik ritual dan pendidikan Islam, serta hanya sedikit mencampuri sistem peradilan (yang mempertahankan masjid-masjid, sekolah-sekolah umum/agama, dan pengadilan syariah). Di masa yang sama, formasi sosial-ekonomi yang baru mulai dibentuk pada Oktober 1917. Formasi itu memperkecil peradaban Islam dan menyingkirkannya secara keseluruhan dari lingkungan negara, kehidupan ekonomi politik, dan keseharian serta praktik-praktik ritual masyarakat Dagestan.


Terbentuknya Pemerintahan Soviet menandai sebuah sikap baru terhadap agama. Bolsheviks (faksi dari sebuah partai Rusia berpaham Marxisme) menekan para ulama dan menutup masjid serta madrasah. Menurut informasi yang dikutip Shikhsaidov, sebelum revolusi, Dagestan memiliki sekitar 10.000 sekolah Muslim yang berfungsi. Jumlah tersebut mencakup 2.311 madrasah resmi, 1.700 masjid, 5.000 orang mullah, dan 7.000 muta'allim(siswa Islam). Masjid-masjid memiliki sekitar 35-100 hektar tanah wakaf. Pada 1988, hanya tersisa sekitar 27 masjid yang berfungsi dan, menurut statistik resmi, tidak satu pun madrasah atau maktab tersisa. Tidak pula institusi pelatihan ulama atapun sekolah Alquran dan bahasa Arab. Sekolah-sekolah Muslim di sejumlah desa di Dagestan (terutama di Aar, Dargin, dan distrik-distrik Kumyk) yang bertahan mengajarkan Alquran dan bahasa Arab secara sembunyi-sembunyi.Lalu, pengesahan hukum tentang Kebebasan Organisasi Hati Nurani dan Agama oleh USSR Soviet pada 1990 dan oleh Soviet Republik Dagestan pada Mei 1991 membuka tahap baru proses re-islamisasi negara tersebut. Proses itu ditandai oleh pembukaan bangunan-bangunan agama.Juli 1995, terdapat 25 madrasah pendidikan ulama dan 1270 masjid di Dagestan. Lebih dari 850 diantara masjid-masjid itu resmi dan terdaftar. Bersama bangunan masjid-masjid itu, ada 650 sekolah dan kelompok Islam yang melatih pemuda tentang dasar-dasar agama, ditambah 2.200 imam dan muazin. Subhanallah.(era muslim)

Rabu, 22 Desember 2010

Aceh Jaya Beach


Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah wilayah pesisir yang terletak di kawasan barat pantai Sumatera yang memiliki panjang garis pantai mencapai sekitar 160 kilometer dengan luas wilayah mencapai 32.627 km2 dengan posisi sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Besar dan dan Kabupaten Pidie, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Barat dan sebelah barat dengan Samudera Indonesia.

Di Kabupaten Aceh Jaya, khususnya di Kecamatan Jaya terdapat komunitas berketurunann Eropa dengan postur kulit berwarna putih, bermata biru dan berambut pirang. Komunitas ini merupakan keturunan para prajurit Portugis yang kapalnya pernah terdampar di pantai Kerajaan Daya dan ditawan oleh raja yang pernah berkuasa di kawasan itu pada abad ke-16. Para prajurit Portugis yang tertawan di kawasan tersebut akhirnya masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat, sekaligus mengodpsi tradisi Aceh dalam kehidupan mereka secara turun-temurun.

Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan kabupaten yang terparah akibat terkena bencana Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 memiliki berbagai keindahan alam dan pesona budaya yang telah menjadi daya tarik wisatawan nusantara dan keindahan pantai-pantai dengan pasir putihnya

Alam yang indah di Kabupaten ini menjadikan wahana berwisata yang sangat menarik untuk di kembangkan. bahkan wilayah ini mirip rupanya dengan pisisr laut di daerah bali hanya sedikit belum sangat di kembangkan. jalan di pinggir laut merupakan salah satu objek wisata laut seperti di daerah eropa. sangat berbeda dengan kawasan lain tidak memanfaatkan objek yang indah ini.   .
lagen-beach
Pesona pantai lageun (Aceh Jaya), Lageun terletak anatara Kec.Lamno dan Calang-Ibu kota Kab.Aceh Jaya. Dimusim ombak, areal ini terkadang memutus hubungan transportasi antara calang dan Lamno, karena Ombak menembus jalan raya yang terletak kurang dari 5 meter dari pantai ini)

Namun wilayah Lageun sangat cocok di jadikan panorama wisata bagi wisata lokal maupun mancanegara. untuk surfing sangat lah cocok karena desir ombak yang sangat menantang. pengolahan aset wisata di aceh Jaya belum banyak tersentuhi mungkin di akibatkan karenamusibah Tsunami yang melan wilayah Aceh Jaya pada Tahun 2004 silam. namun pemerintah setempat bahu membahu untuk merampungkan aset wisata yang sangat bahari ini. You want go to Aceh Jaya. dont fears. 

Senin, 29 November 2010

The Jungle In Aceh

Aceh
We've done a fair share of reporting about gorilla tours and the assorted conflicts they face, but we were interested to hear about guerilla-run tours offered by Aceh Explorer Adventure Tours, which delve into the long history of conflicts in the Aceh region of Indonesia.

Jumat, 29 Oktober 2010

Pesona Lampuuk

WISATA Pantai Lampuuk

keren
travellingholidays.com
Pantai Lampuuk adalah salah satu pantai yang paling mengesankan untukku. Ia memanjang dari utara hingga selatan. Dulu, sebelum peristiwa tsunami terjadi, pantai ini dipenuhi oleh penjaja ikan segar yang dilengkapi dengan tempat-tempat makan. Mereka akan menawarkan diri untuk memanggang dan memasakan ikan-ikan tersebut agar bisa langsung dinikmati oleh pengunjung pantai. Namun saat ini tidak tampak satupun tempat makan serupa itu lagi. Seakan pergi bersama dengan luruhnya rimbunan pohon cemara di tepian pantai yang bertumbangan akibat gerusan tsunami lima tahun silam.
Minggu kemarin aku memutuskan untuk menghabiskan akhir pekanku dengan menunjungi pantai yang berada di Desa Meunasah Masjid, Lhok Nga – Aceh Besar. Letaknya hanya sekitar sekitar 15 KM dari Kota Banda Aceh (dengan jalur Banda Aceh – Calang). Sehingga untuk mencapainya aku memerlukan waktu 30 menit dengan menggunakan motor.
Aku benar-benar menikmati saat itu. Hamparan pasir putih dan jilatan ombak bagaikan magnet raksasa yang menahanku untuk tak bergeming. Cahaya matahari memantulkan fatamorgana yang menakjubkan. Sepoinya angin menyembuhkan dahaga yang mengerang.Beberapa pengunjung terlihat berlari-lari di tepian pantai, ada juga yang menceburkan diri bersama ombak, berselancar menghantam ombak , atau hanya sekedar menatap laut yang tak berpenghujung. Berekreasi ke pantai ini adalah pilihan yang tepat untuk menghabiskan masa-masa akhir pekan. Letih yang menyergap seakan hilang ketika kaki mulai menginjak putihnya pasir.
Pantai Lampuuk ini terbilang sangat ramai di hari-hari libur, mulai dari siang hingga senja datang. Sehingga jika ingin menikmati ketenangannya, pastikan memilih hari kerja biasa. Namun, meski ramai, pantainya yang luas memanjang tetap bisa menampung ratusan bahkan ribuan orang yang ingin menikmati suasana sunset di sini.
Dibandingkan dengan pantai – pantai lain di Banda Aceh, Pantai Lampuuk merupakan pantai yang paling lengkap sarana dan prasarananya. WC umum dan beberapa kafe sederhana untuk beristirahat banyak ditemui sepanjang pantai ini. Bahkan di pantai ini juga ada life guard dengan tower pengawas, layaknya film Baywatch. Keberadaan tim penyelamat ini diprakarsai oleh sebuah organisasi lokal yang awalnya dimotori oleh pekerja asing yang bekerja di Banda Aceh.
Selain itu, pengelola pantai juga menyediakan banana boat. Ingin sekali rasanya memacu adrenalinku dengan menaiki boat yang bentuknya seperti pisang itu. Tapi, ketika melihat orang-orang yang diceburkan ke dalam air setelah beberapa saat diajak berputar-putar, keinginanku pun luluh. Aku takut kedalaman.
Bagian Pantai Lampuuk paling ujung juga meninggalkan eksotisme tersendiri yang berbatasan langsung dengan dinding terjal dan tinggi. Birunya air laut nan berpendar hijau, terpadu dengan birunya langit serta hijaunya pepohonan di atas bukit terjal tersebut. Seorang sahabat memandang terjalnya dinding bukit dan menggumamkan keinginan untuk mendakinya. Pastilah itu yang juga dirasakan para penikmat panjang dinding bila mendekati lokasi ini.
Pemandangan elok lainnya adalah saat matahari menjelang tenggelam, sunset di Lampuuk adalah pemandangan cantik yang sungguh sayang kalau dilewatkan begitu saja. Deburan ombak yang teratur diiringi angin berayun mendayu, merupakan perpaduan romantis.

Senin, 25 Oktober 2010

Mount Leuser National Park

Covering both resilient Nangroe Aceh Darussalam and antique North Sumatra Province, most parts of the national park rest in the lush South East Aceh region, blessed with tropical fruits like mango, rambutan, durian, avocado, orange, papaya, and guava. The other parts are situated in the east Aceh, south Aceh, and Langkat of North Sumatra, known to produce world-class coffee and tobacco. Most visitors normally start their adventures in the national park through Bukit Lawang, North Sumatra, where you can always find the gentle giants of the jungle, the orangutans. Discover the gentleness of these sociable primates as your discovery of Sumatra begins right here.
Mount Leuser National Park, named after its highest peak, Mount Leuser (3,381 m), is one of the largest and the most diverse national parks in Indonesia, covering an area of 7,927 square kilometer in the northern tip of Sumatera, Indonesia. Embracing various ecosystems, the national park is in fact a cluster of various nature reserves and forests: Gunung Leuser Nature Reserve, Kappi Nature Reserve, Kluet Nature Reserve, Sikundur-Langkat Wildlife Reserve, Ketambe Research Station, Singkil Barat, and Dolok Sembilin.
The park is so extensive, it covers mangroves, beach and swamp forest, lowland rainforest, moss forest, and up to subalpine forest. When traversing its extraordinary landscape, enthusiastic adventurer like you will not be disappointed.
The Mount Leuser National Park, which is Taman Nasional Gunung Leuser in Bahasa, encompasses more than 100 kilometers of the Bukit Barisan Mountains, known for its steep, almost inaccessible mountainous terrains. The altitude ranges from beach area in Kluet (South Aceh), to 3,381 meter on top of the Gunung Leuser (Southeast Aceh). The breathtaking Alas River cuts the park into an eastern and western half, where your tropical thirst for adrenaline will be captivatingly fulfilled.
Around 130 species are identified in this park only. The mysterious Sumatran tigers, elephants, rhinos, Siamang monkeys, macaques, clouded leopards, reptiles, fish, and around 325 species of birds are among the endemic wildlife known to inhibit the park. Surely the trek to the inner park is more than just a great adventure to the last zoo you visited. Come and take in the experience living in a small friendly village, Ketambe, where the locals are naturally knowledgeable and ecologically hospitable.